Mengabdi sebagai seorang guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memang tak bisa menjanjikan kehidupan layak, bahkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja. Kendati demikian, sekecil apapun gaji yang diterima guru PAUD alias Guru TK, pendapatan halal tersebut akan sangat berarti sebagai penunjang kehidupan keluarga.
Namun, nasib malang dialami Ratna br Purba seorang guru PAUD Generasi Harapan di Desa Tornagodang Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), bisa dikatakan sudah sangat tidak berperikemanusiaaan. Selama 1,5 mengabdi sebagai tenaga pengajar di PAUD tersebut, dirinya tidak pernah mendapatkan gaji ataupun uang intensif.
“Setiap harinya kami harus berjalan kaki sejauh 3 KM untuk dapat mengajar, karena angkutan umum tidak ada di desa kami, sementara kami tidak digaji. Selain tidak mendapat gaji, kami juga tidak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR),” ungkapnya kepada Harian Orbit.
R br Purba mengaku sudah pernah mempertanyakan masalah haji tersebut kepada Kepala PAUD Tobasa Hendri Silalahi. “Namun jawabannya, sabarlah bu nanti suatu saat keluar itu,” kata R br Purba menirukan perkataan Hendri Silalahi.
Dirinya berharap gaji tersebut bisa diterimanya. “Memang gaji itu tak cukup. Tapi bagaimanapun kalau lancar gaji kami akan semangat mengajar. Itukan hak kami,” ujar R Br Purba seraya menambahkan suaminya yang berkerja sebagai petani sudah pernah melarangnya untuk mengajar, karena tidak adanya gaji yang diterimanya, setelah belajar 1,5 tahun.
Terkait persoalan ini, Ati br Silalahi dari Dinas Pendidikan Tobasa, ketika dikonfirmasi Harian Orbit melalui telepon selulernya mengatakan, guru PAUD tidak ada istilah gaji, namun yang diberikan berupa intensif. “Kalau mengenai itu datang saja langsung ke kantor Dinas Pendidikan Tobasa,” ungkapnya singkat.
SUMBER
Namun, nasib malang dialami Ratna br Purba seorang guru PAUD Generasi Harapan di Desa Tornagodang Kecamatan Habinsaran Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), bisa dikatakan sudah sangat tidak berperikemanusiaaan. Selama 1,5 mengabdi sebagai tenaga pengajar di PAUD tersebut, dirinya tidak pernah mendapatkan gaji ataupun uang intensif.
“Setiap harinya kami harus berjalan kaki sejauh 3 KM untuk dapat mengajar, karena angkutan umum tidak ada di desa kami, sementara kami tidak digaji. Selain tidak mendapat gaji, kami juga tidak mendapat Tunjangan Hari Raya (THR),” ungkapnya kepada Harian Orbit.
R br Purba mengaku sudah pernah mempertanyakan masalah haji tersebut kepada Kepala PAUD Tobasa Hendri Silalahi. “Namun jawabannya, sabarlah bu nanti suatu saat keluar itu,” kata R br Purba menirukan perkataan Hendri Silalahi.
Dirinya berharap gaji tersebut bisa diterimanya. “Memang gaji itu tak cukup. Tapi bagaimanapun kalau lancar gaji kami akan semangat mengajar. Itukan hak kami,” ujar R Br Purba seraya menambahkan suaminya yang berkerja sebagai petani sudah pernah melarangnya untuk mengajar, karena tidak adanya gaji yang diterimanya, setelah belajar 1,5 tahun.
Terkait persoalan ini, Ati br Silalahi dari Dinas Pendidikan Tobasa, ketika dikonfirmasi Harian Orbit melalui telepon selulernya mengatakan, guru PAUD tidak ada istilah gaji, namun yang diberikan berupa intensif. “Kalau mengenai itu datang saja langsung ke kantor Dinas Pendidikan Tobasa,” ungkapnya singkat.
SUMBER
0 komentar:
Post a Comment