Penanganan sampah di Kecamatan Balige, Kabupaten Tobasa hingga saat ini belum maksimal. Pasalnya dari sejumlah titik atau wilayah di daerah itu, banyak sampah yang berserakan. Salah soerang warga di Kelurahan Balige III Sahat Siahaan, Selasa (2/7) mengatakan, wilayah di tempat ia tinggal merupakan pemukiman pada penduduk.
“Di sini pemukiman padat penduduk, bahkan banyak pejabat yang tinggal di daerah ini. Namun sayangnya, penanganan sampah di daerah ini kurang maksimal,” ujarnya.
Dia menerangkan, jika melintas di daerah itu, banyak ditemukan sampah yang berserakan di badan jalan. Bahkan, meski petugas kebersihan tiap hari mengangkut sampah, tetap saja sampah masih banyak berserakan di sekitar lokasi.
“Di Kelurahan Balige III, banyak titik pembuatan sampah, mulai dari Jalan Jambu hingga ke Jalan Gereja dan menuju Kelurahan Balige I. Di sana ada 10 titik pembuangan sampah,” ujar Sahat.
Menurut dia, sampah tersebut bukan tidak diangkut oleh Dinas Kebersihan, akan tetapi saat diangkut hanya sedikit. Sehingga volume pengangkutan tidak sebanding dengan datangnya sampah rumah tangga.
“Kalaupun diangkut, paling satu truk secara bergantian. Padahal masyarakat setiap saat selalu membuang sampah. Tidak hanya itu, ada saja beberapa titik yang sebenarnya bukan tempat pembuangan sampah, namun dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah,” ungkapnya.
Warga lainnya, Mariani Hasibuan mengaku, pembuangan sampah dilakukannya di setiap ada tumpukan sampah. Apakah itu resmi atau tidak, ia kurang mengetahuinya.
“Pokoknya kalau sampah saya lihat bertumpuk, ya saya buang saja di tempat tersebut,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan Tobasa Agus Sitorus mengaku, pihaknya sangat kewalahan dalam penanganan sampah di daerah itu.
Sebab peralatan yang dimiliki dan jumlah personel yang dipekerjakan sangat terbatas, ditambah jarak pembuangan di tempat pembuangan akhir (TPA) Pintu Bosi cukup jauh.
“Kami sudah berupaya memaksimalkan truk dan jumlah personel yang tidak sebanding. Namun karena jarak angkut dari Balige ke Pintu Bosi cukup jauh, sehingga truk pengangkut hanya bisa satu kali per hari,” terangnya. SP/METROSIANTAR
“Di sini pemukiman padat penduduk, bahkan banyak pejabat yang tinggal di daerah ini. Namun sayangnya, penanganan sampah di daerah ini kurang maksimal,” ujarnya.
Dia menerangkan, jika melintas di daerah itu, banyak ditemukan sampah yang berserakan di badan jalan. Bahkan, meski petugas kebersihan tiap hari mengangkut sampah, tetap saja sampah masih banyak berserakan di sekitar lokasi.
“Di Kelurahan Balige III, banyak titik pembuatan sampah, mulai dari Jalan Jambu hingga ke Jalan Gereja dan menuju Kelurahan Balige I. Di sana ada 10 titik pembuangan sampah,” ujar Sahat.
Menurut dia, sampah tersebut bukan tidak diangkut oleh Dinas Kebersihan, akan tetapi saat diangkut hanya sedikit. Sehingga volume pengangkutan tidak sebanding dengan datangnya sampah rumah tangga.
“Kalaupun diangkut, paling satu truk secara bergantian. Padahal masyarakat setiap saat selalu membuang sampah. Tidak hanya itu, ada saja beberapa titik yang sebenarnya bukan tempat pembuangan sampah, namun dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah,” ungkapnya.
Warga lainnya, Mariani Hasibuan mengaku, pembuangan sampah dilakukannya di setiap ada tumpukan sampah. Apakah itu resmi atau tidak, ia kurang mengetahuinya.
“Pokoknya kalau sampah saya lihat bertumpuk, ya saya buang saja di tempat tersebut,” katanya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pasar dan Kebersihan Tobasa Agus Sitorus mengaku, pihaknya sangat kewalahan dalam penanganan sampah di daerah itu.
Sebab peralatan yang dimiliki dan jumlah personel yang dipekerjakan sangat terbatas, ditambah jarak pembuangan di tempat pembuangan akhir (TPA) Pintu Bosi cukup jauh.
“Kami sudah berupaya memaksimalkan truk dan jumlah personel yang tidak sebanding. Namun karena jarak angkut dari Balige ke Pintu Bosi cukup jauh, sehingga truk pengangkut hanya bisa satu kali per hari,” terangnya. SP/METROSIANTAR
0 komentar:
Post a Comment