Petani Kopi di Taput Merugi Karena Serangan Hama

Ribuan batang tanaman kopi Desa Panggabean dan Desa Tapian Nauli Sipoholon, Taput tidak  menghasilkan karena rusak diserang hama penyakit. Akibatnya, petani kopi di sana merugi. M Panggabean (41), salah seorang petani kopi, panen kali ini petani mengalami rugi besar. Hama penyakit menyerang hingga membuat kopi tidak berbuah.

“Kopi yang sudah sempat berbuah menjadi busuk diserang hama. Daun-daun pohon kopi mengering dan membusuk. Musim ini, saya sangat rugi,” ujarnya kepada METRO, Sabtu (25/5).

Ia mengaku, beberapa jenis obat-obatan sudah dicoba memberantas hama tersebut, namun tidak juga berhasil.

“Kita belum tahu hama jenis apa yang menyerang kopi itu. Kondisi ini sudah setahun. Hama penyakit itu pertama menyerang buah dan daun. Upaya memberantas virus sudah kita lakukan, tapi belum berhasil,” katanya.

“Sejak adanya hama penyakit itu, hasil panen menurun drastis. Dari 30-45 kilogram biasanya sekali panen, turun drastis menjadi 7-10 kilogram perpanen. Rata-rata, kopi di desa ini sudah terjangkit hama penyakit itu,” paparnya.

Hal senada diungkapkan petani lainnya, Tohom (31), warga Desa Pagar Batu Sipoholon. Ia mengutarakan, sejak hama penyakit menyerang kopi, nasib petani mulai terpuruk. Petani menjadi pesimis mendapatkan hasil panen bagus.

“Buah kopi yang diserang hama penyakit rata-rata yang mendekati musim panen. Saat di panen, di dalam buah kopi terdapat ulat berwarna keputih-putihan,” terangnya.

Terpisah, Kepala Badan Pelaksana Pengyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Taput Sabara Sitanggang, mengutarakan, hama penyakit itu datang disebabkan keengganan petani melakukan perawatan dan pemangkasan daun, sehingga pencahayaan atau sinar matahari tidak bebas menerobos batang kopi, lantaran rimbunnya daun.

“Serangan hama itu disebabkan rimbunnya daun karena tidak ada pemangkasan kopi, tingkat kelembapan tanaman justru mendorong pertumbuhan jamur serta beragam penyakit,” ucapnya.

“Kalau buah yang menghitam dan mengeras disebabkan jamur dan virus. Selain petani tidak melakukan pemangkasan daun, sanitasi ke wilayah kebun juga relatif kurang. Kedua faktor ini memicu perkembangan virus yang menginfeksi pohon kakao,” paparnya.

Untuk itu petani diimbau untuk melakukan pemangkasan tunas mapun daun agar sinar matahari masuk, sehingga mengurangi kelembaban. Suhu yang lembab, merupakan suhu yang ideal bagi perkembangan hama.
HP/METRO SIANTAR
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment