Toni Kroos memberikan umpan pada Andre Schurrle yang berada di sisi kanan pertahanan Argentina. Arloji wasit saat itu menunjukkan 8 menit waktu yang tersisa pada babak kedua perpanjangan waktu dalam laga yang berlangsung di stadion Maracana, kota Rio de Janeiro. Pemain sayap Chelsea ini merangsek membawa bola sembari dikawal oleh Mascherano dan dihadang Pablo Zabaleta.
Kroos kemudian melakukan umpan lambung ke jantung pertahanan Argentina. Mario Goetze yang tadinya berada di sayap kiri berlari ke tengah menyambut umpan matang yang jatuh di antara dua bek tengah tim Tango, Martin Demichelis dan Ezequiel Garay yang sebetulnya tampil kokoh pada 90 menit pertandingan tersebut.
Goetze, yang sempat dijuluki Lionel Messi dari Dortmund, mengontrol bola dengan dada lalu melakukan tendangan voli dengan kaki kiri yang merobek jala penjaga gawang Sergio Romero, yang di laga semifinal dipuji-puji berkat kepiawaiannya mengamankan gawang Argentina dari serbuan pemain Belanda. Gol Goetze tersebut menjadi gol semata wayang di laga final Piala Dunia 2014 tersebut.
Berkat gol pemain yang lahir di Memmingen, Bavaria tersebut, Jerman berhasil mematahkan kutukan tidak ada negara Eropa yang berhasil menjuarai Piala Dunia di tanah Amerika Latin. Die Nationalmannschaft pun berhasil menyematkan 1 bintang tambahan pada kostum mereka. Goetze yang baru masuk menggantikan penyerang tersubur di Piala Dunia Miroslav Klose pada menit ke-88 pun dipuja-puja berkat gol tersebut. Ia berhasil membuktikan kata-kata sang pelatih Joachim Loew yang diucapkan kepadanya turun minum di perpanjangan waktu: “Goetze, Anda lebih baik daripada Messi dan anda perlu menunjukkan serta membuktikan hal itu sekarang dan bisa memenangkan Piala Dunia”.
Loew yang telah menangani Jerman usai Piala Dunia 2006 juga mengungkapkan bahwa Mario Goetze merupakan bocah ajaib. “Ia bisa membuat perbedaan dalam pertandingan dan ia bisa melakukannya”, ujar mantan asisten Juergen Klinsmann di timnas Jerman ini. Kemampuannya untuk bermain di berbagai posisi di lini depan juga membuat Joachim Loew tidak segan untuk memasukkannya dalam skuat Jerman usai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Penyerang lubang milik Bayern Muenchen ini sejatinya adalah lulusan akademi Dortmund. Goetze masuk di akademi klub yang bertetangga dengan Schalke 04 ini pada usian 8 tahun di tahun 2000. Berkat bakat dan prestasinya di tim junior Dortmund, Goetze masuk skuat timnas Jerman U-15 pada tahun 2007. Setelah sempat menghuni skuat tim Jerman U-16, ia dipanggil Marco Pezzaiuoli masuk skuat Jerman U-17 pada kejuaran Eropa U-17 tahun 2009 yang dihelat di Jerman bersama Skhrodan Mustafi dan juga Marc-Andre ter Stegen.
Pada kejuaraan yang akhirnya memunculkan tim Panser sebagai juara tersebut, nama Goetze memang tidak terlalu bersinar dengan hanya mencetak 1 gol saat melawan Inggris dari 5 laga yang dimainkan Jerman. Pada tahun 2009, dirinya juga menerima penghargaan Fritz Walter, sebuah penghargaan yang diberikan oleh DFB, asosiasi sepak bola Jerman, kepada para pemain muda berbakat. Goetze kala itu menerima label pemain terbaik Jerman U-17. Setahun berikutnya, pemain yang identik dengan nomor punggung 19 ini kembali menerima penghargaan yang sama dalam ketegori U-18.
Pemain yang musim lalu mencetak 10 gol dalam 27 penampilannya di Bundesliga ini sempat membuat heboh saat Bayern Muenchen memboyongnya dari Borussia Dortmund pada tahun 2013. Ia ditebus oleh FC Hollywood seharga buy-out clause yang telah dipatok Dortmund yakni 37 juta Euro. Buy-out clause merupakan harga yang dipatok oleh sebuah klub kepada pemainnya yang difungsikan untuk "memagari" agar pemain tersebut tidak berpindah klub dan jika ada klub yang berminat membelinya seharga tersebut maka klub yang memiliki pemain tersebut tidak diperbolehkan untuk melarangnya bernegosiasi. Tidak hanya itu, kala Goetze diperkenalkan oleh Bayern terhadap publik sebagai pemain terbaru mereka, sang pemain mengenakan kaos bertuliskan NIKE yang membuat berang pihak Adidas. Merk yang didirikan oleh Adolf Dassler ini juga mempunyai saham di klub asal daerah Bavaria tersebut.
Goetze, 22 tahun, sempat mendapat label sebagai pemain termuda kedua yang pernah membela Die Nationalmannschaft saat pada laga melawan Swedia pada 17 November 2010 dalam usia 17 tahun dan 167 hari. Dengan pencapaiannya sejauh ini dan juga perannya dalam mengantar Jerman meraih gelar juara dunia ke empat kalinya maka tidak heran jika pada tahun 2010 legenda Borussia Dortmund, Mattias Sammer melabelinya sebagai “bakat terbaik yang pernah dimiliki Jerman”.
Kroos kemudian melakukan umpan lambung ke jantung pertahanan Argentina. Mario Goetze yang tadinya berada di sayap kiri berlari ke tengah menyambut umpan matang yang jatuh di antara dua bek tengah tim Tango, Martin Demichelis dan Ezequiel Garay yang sebetulnya tampil kokoh pada 90 menit pertandingan tersebut.
Goetze, yang sempat dijuluki Lionel Messi dari Dortmund, mengontrol bola dengan dada lalu melakukan tendangan voli dengan kaki kiri yang merobek jala penjaga gawang Sergio Romero, yang di laga semifinal dipuji-puji berkat kepiawaiannya mengamankan gawang Argentina dari serbuan pemain Belanda. Gol Goetze tersebut menjadi gol semata wayang di laga final Piala Dunia 2014 tersebut.
Berkat gol pemain yang lahir di Memmingen, Bavaria tersebut, Jerman berhasil mematahkan kutukan tidak ada negara Eropa yang berhasil menjuarai Piala Dunia di tanah Amerika Latin. Die Nationalmannschaft pun berhasil menyematkan 1 bintang tambahan pada kostum mereka. Goetze yang baru masuk menggantikan penyerang tersubur di Piala Dunia Miroslav Klose pada menit ke-88 pun dipuja-puja berkat gol tersebut. Ia berhasil membuktikan kata-kata sang pelatih Joachim Loew yang diucapkan kepadanya turun minum di perpanjangan waktu: “Goetze, Anda lebih baik daripada Messi dan anda perlu menunjukkan serta membuktikan hal itu sekarang dan bisa memenangkan Piala Dunia”.
Loew yang telah menangani Jerman usai Piala Dunia 2006 juga mengungkapkan bahwa Mario Goetze merupakan bocah ajaib. “Ia bisa membuat perbedaan dalam pertandingan dan ia bisa melakukannya”, ujar mantan asisten Juergen Klinsmann di timnas Jerman ini. Kemampuannya untuk bermain di berbagai posisi di lini depan juga membuat Joachim Loew tidak segan untuk memasukkannya dalam skuat Jerman usai Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.
Penyerang lubang milik Bayern Muenchen ini sejatinya adalah lulusan akademi Dortmund. Goetze masuk di akademi klub yang bertetangga dengan Schalke 04 ini pada usian 8 tahun di tahun 2000. Berkat bakat dan prestasinya di tim junior Dortmund, Goetze masuk skuat timnas Jerman U-15 pada tahun 2007. Setelah sempat menghuni skuat tim Jerman U-16, ia dipanggil Marco Pezzaiuoli masuk skuat Jerman U-17 pada kejuaran Eropa U-17 tahun 2009 yang dihelat di Jerman bersama Skhrodan Mustafi dan juga Marc-Andre ter Stegen.
Pada kejuaraan yang akhirnya memunculkan tim Panser sebagai juara tersebut, nama Goetze memang tidak terlalu bersinar dengan hanya mencetak 1 gol saat melawan Inggris dari 5 laga yang dimainkan Jerman. Pada tahun 2009, dirinya juga menerima penghargaan Fritz Walter, sebuah penghargaan yang diberikan oleh DFB, asosiasi sepak bola Jerman, kepada para pemain muda berbakat. Goetze kala itu menerima label pemain terbaik Jerman U-17. Setahun berikutnya, pemain yang identik dengan nomor punggung 19 ini kembali menerima penghargaan yang sama dalam ketegori U-18.
Pemain yang musim lalu mencetak 10 gol dalam 27 penampilannya di Bundesliga ini sempat membuat heboh saat Bayern Muenchen memboyongnya dari Borussia Dortmund pada tahun 2013. Ia ditebus oleh FC Hollywood seharga buy-out clause yang telah dipatok Dortmund yakni 37 juta Euro. Buy-out clause merupakan harga yang dipatok oleh sebuah klub kepada pemainnya yang difungsikan untuk "memagari" agar pemain tersebut tidak berpindah klub dan jika ada klub yang berminat membelinya seharga tersebut maka klub yang memiliki pemain tersebut tidak diperbolehkan untuk melarangnya bernegosiasi. Tidak hanya itu, kala Goetze diperkenalkan oleh Bayern terhadap publik sebagai pemain terbaru mereka, sang pemain mengenakan kaos bertuliskan NIKE yang membuat berang pihak Adidas. Merk yang didirikan oleh Adolf Dassler ini juga mempunyai saham di klub asal daerah Bavaria tersebut.
Goetze, 22 tahun, sempat mendapat label sebagai pemain termuda kedua yang pernah membela Die Nationalmannschaft saat pada laga melawan Swedia pada 17 November 2010 dalam usia 17 tahun dan 167 hari. Dengan pencapaiannya sejauh ini dan juga perannya dalam mengantar Jerman meraih gelar juara dunia ke empat kalinya maka tidak heran jika pada tahun 2010 legenda Borussia Dortmund, Mattias Sammer melabelinya sebagai “bakat terbaik yang pernah dimiliki Jerman”.
0 komentar:
Post a Comment