Majalah HORAS terbit dwimingguan dengan sajian berita menarik dan khas. Media massa bernuansa Batak ini menjadi istimewa karena mampu menghadapi penyakit umum media massa; mati suri atau benar-benar mati lalu dikuburkan. Apa rahasia HORAS?
Media massa dan orang Batak memang sudah menjadi pasangan yang klop. Di setiap daerah yang dihuni banyak orang Batak, di sana pasti ada media massa bernuansa Batak. Di Jakarta paling banyak dijumpai koran, tabloid, dan majalah yang menggarap berita-berita khas daerah Batak. Seperti berita tentang bona taon, peresmian gereja, termasuk peresmian tugu parmargaon. Sementara di daerah lain seperti Riau, Jambi, Kalimantan, dan Batam juga tidak ketinggalan.
Namun, setiap kali diluncurkan yang biasanya diiringi serangkaian seremoni, banyak pula media massa itu yang akhirnya redup. Gejalanya, tidak terbit sesuai jadwal, isi berita kurang menarik dan terkesan asal jadi. Tak lama kemudian, media massa itu akhirnya resmi almarhum. Begitulah kira-kira gambaran media massa yang mengambil pasar pembaca masyarakat Batak. Hampir menyerupai mitos.
Mitos itulah yang akhirnya bisa dimentahkan HORAS. Di bawah komando Ampuan Situmeang, HORAS terbukti bisa bertahan dan terus berkibar. Sudah sepuluh tahun HORAS berdiri dan mampu melewati hempasan demi hempasan masa. Ya, Ampuan Situmeang memang sosok yang bertangan dingin, piawai menjalin relasi, dan tak berhenti berekspansi.
Ampuan Situmeang adalah jebolan Fakultas Sastra, USU, yang meniti karir di Majalah Bona Ni Pinasa. Pria bertubuh tinggi besar ini dikenal ramah dan santun. Kampungnya berasal dari Tarutung, Tapanuli Utara. Ia mengelola HORAS dari Jakarta, dan diedarkan ke sejumlah daerah seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Tapanuli dan sekitarnya, termasuk di lapo-lapo di sudut Jakarta. Semoga HORAS tetap bersinar dan menjadi media komunikasi dan informasi bagi bangso Batak. HORAS. Ishak Pardosi
Media massa dan orang Batak memang sudah menjadi pasangan yang klop. Di setiap daerah yang dihuni banyak orang Batak, di sana pasti ada media massa bernuansa Batak. Di Jakarta paling banyak dijumpai koran, tabloid, dan majalah yang menggarap berita-berita khas daerah Batak. Seperti berita tentang bona taon, peresmian gereja, termasuk peresmian tugu parmargaon. Sementara di daerah lain seperti Riau, Jambi, Kalimantan, dan Batam juga tidak ketinggalan.
Namun, setiap kali diluncurkan yang biasanya diiringi serangkaian seremoni, banyak pula media massa itu yang akhirnya redup. Gejalanya, tidak terbit sesuai jadwal, isi berita kurang menarik dan terkesan asal jadi. Tak lama kemudian, media massa itu akhirnya resmi almarhum. Begitulah kira-kira gambaran media massa yang mengambil pasar pembaca masyarakat Batak. Hampir menyerupai mitos.
Mitos itulah yang akhirnya bisa dimentahkan HORAS. Di bawah komando Ampuan Situmeang, HORAS terbukti bisa bertahan dan terus berkibar. Sudah sepuluh tahun HORAS berdiri dan mampu melewati hempasan demi hempasan masa. Ya, Ampuan Situmeang memang sosok yang bertangan dingin, piawai menjalin relasi, dan tak berhenti berekspansi.
Ampuan Situmeang adalah jebolan Fakultas Sastra, USU, yang meniti karir di Majalah Bona Ni Pinasa. Pria bertubuh tinggi besar ini dikenal ramah dan santun. Kampungnya berasal dari Tarutung, Tapanuli Utara. Ia mengelola HORAS dari Jakarta, dan diedarkan ke sejumlah daerah seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Tapanuli dan sekitarnya, termasuk di lapo-lapo di sudut Jakarta. Semoga HORAS tetap bersinar dan menjadi media komunikasi dan informasi bagi bangso Batak. HORAS. Ishak Pardosi
0 komentar:
Post a Comment