Pesta Batak di Kampung dan di Kota

Menggelar pesta bagi orang Batak merupakan sebuah kewajiban. Entah saat sukacita atau dukacita. Pokoknya harus pesta. Kebiasaan ini sudah berlangsung sejak dulu hingga sekarang. Di kampung halaman ataupun di perantauan. Hanya saja ada sedikit perbedaan antara pesta di bona pasogit dengan pesta di tanah rantau seperti Jakarta.

Perbedaan itu tergambar dari tata acara, lokasi, dan posisi duduk hasuhuton alias si empunya pesta. Di kampung seperti Parsoburan, Habinsaran, Tobasa, tata acara pesta relatif rumit dan kompleks. Sedangkan di Jakarta, tata acara lebih simpel dan mudah dipahami. Lokasi digelarnya pesta di kampung masih menggunakan halaman rumah. Berbeda dengan di Jakarta yang mau tak mau harus menyewa gedung, utamanya pada saat pesta pernikahan.

Perbedaan lain adalah posisi duduk hasuhuton. Di kampung, hasuhuton termasuk pengantin duduk di tikar dan selalu ikut manortor. Di Jakarta, hasuhuton dan pengantin selalu duduk manis, dan jarang sekali manortor. Hanya beberapa kali saja, itu pun bukan hampir tidak ada nilai magis yang mencuat dari prosesi manortor itu. Biasa-biasa saja.

Pesta Batak, di kampung dan di Jakarta, pun punya persamaan. Yakni, selalu saja menghadirkan nuansa kemewahan, kekompakan, dan tak lupa sedikit ketegangan di internal keluarga mempelai. Adu mulut dan perang urat leher kerap hadir di sana. Mungkin, itulah ciri khas Batak yang telah melekat sejak dulu. Tidak ramai tidak Batak. IHP/GABE




Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment