Togi Sirait (48), salah seorang warga miskin
yang berdomisili di Lumban Holbung Desa Marom, Kecamatan Uluan,
Kabupaten Tobasa, hanya bisa pasrah dalam menjalani kehidupannya. Selama berpuluhan tahun, ia terus bertahan hidup di gubuk reot dan
berlantai tanah untuk berlindung dari panas matahari dan dinginnya
malam.
Setiap tahun, Pemerintah Kabupaten Tobasa selalu menggelentorkan kegiatan program bedah rumah bagi warga miskin dan tidak layak huni di beberapa kecamatan. Namun, rumahnya tidak pernah dilirik untuk dilakukan perbaikan dengan dana yang bersumber dari pemerintah.
Togi berharap agar pemerintah memberikan bantuan dengan membedah rumahnya. “Kondisi rumah saya yang berdinding tepas sudah semakin memprihatinkan. Mungkin jika hujan deras disertai angin kencang, gubuk itu akan rubuh.
Padahal, di tempat itulah saya berlindung dari terpaan sinar matahari dan dinginnya angin malam. Tidak hanya itu, bila hujan turun, rumahnya selalu banjir karena sengnya sudah bocor,” jelasnya.
Pria yang berprofesi sebagai petani itu mengaku, sejak lama berniat ingin memperbaiki rumahnya. Namun karena keterbatasan ekonomi, impian itu sulit terwujud. Ia hanya berharap upah dari pemilik lahan yang minta agar sawahnya dikerjai.
“Saya berharap bisa memperbaiki rumah ini, tapi mau gimana lagi. Bisa lepas makan saja saya sudah sangay bersyukur. Saat ini impian untuk memiliki rumah bagus hanya tinggal harapan,” sebutnya.
Tidak hanya itu, menurut Togi, ia juga tidak bisa merasakan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang diprogramkan pemerintah. Meski sudah sangat miskin, dirinya juga tidak terdaftar sebagai penerima BLSM.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Porsea Pontas Batubara saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Jumat (19/7) mengatakan, pihaknya sudah menerima pengajuan bedah rumah dari masyarakat sekitar 1.500 unit.
“Untuk lebih bagusnya koordinasi kepada bidang perencanaan bedah rumah saja, apa saja kriteria untuk mendapatkan bantuan bedah rumah itu. Sebab sudah ada pengajuan 1.500 unit rumah untuk dibedah” ,ujarnya singkat. METROSIANTAR
Setiap tahun, Pemerintah Kabupaten Tobasa selalu menggelentorkan kegiatan program bedah rumah bagi warga miskin dan tidak layak huni di beberapa kecamatan. Namun, rumahnya tidak pernah dilirik untuk dilakukan perbaikan dengan dana yang bersumber dari pemerintah.
Togi berharap agar pemerintah memberikan bantuan dengan membedah rumahnya. “Kondisi rumah saya yang berdinding tepas sudah semakin memprihatinkan. Mungkin jika hujan deras disertai angin kencang, gubuk itu akan rubuh.
Padahal, di tempat itulah saya berlindung dari terpaan sinar matahari dan dinginnya angin malam. Tidak hanya itu, bila hujan turun, rumahnya selalu banjir karena sengnya sudah bocor,” jelasnya.
Pria yang berprofesi sebagai petani itu mengaku, sejak lama berniat ingin memperbaiki rumahnya. Namun karena keterbatasan ekonomi, impian itu sulit terwujud. Ia hanya berharap upah dari pemilik lahan yang minta agar sawahnya dikerjai.
“Saya berharap bisa memperbaiki rumah ini, tapi mau gimana lagi. Bisa lepas makan saja saya sudah sangay bersyukur. Saat ini impian untuk memiliki rumah bagus hanya tinggal harapan,” sebutnya.
Tidak hanya itu, menurut Togi, ia juga tidak bisa merasakan bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) yang diprogramkan pemerintah. Meski sudah sangat miskin, dirinya juga tidak terdaftar sebagai penerima BLSM.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Porsea Pontas Batubara saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Jumat (19/7) mengatakan, pihaknya sudah menerima pengajuan bedah rumah dari masyarakat sekitar 1.500 unit.
“Untuk lebih bagusnya koordinasi kepada bidang perencanaan bedah rumah saja, apa saja kriteria untuk mendapatkan bantuan bedah rumah itu. Sebab sudah ada pengajuan 1.500 unit rumah untuk dibedah” ,ujarnya singkat. METROSIANTAR
0 komentar:
Post a Comment