Kontroversi Perusahaan Israel Garap PLTP Sarulla

Proyek raksasa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla di Sumatera Utara (Sumut) ternyata masih menyisakan tanda tanya. Bukan apa-apa, proyek dengan nilai investasi sebesar 1,5 miliar dolar AS itu konon ikut digarap Ormat Technologies Inc, perusahaan milik Israel yang berbasis di Nevada, AS. Pertanyaannya, apakah pemerintah sudah lupa dengan politik luar negeri yang belum mengakui keberadaan negara Israel?

"Kalau benar itu perusahaan Israel harus diusir. "Kita tidak mengakui Israel sebagai negara. Jadi kalau mereka investasi di Indonesia harus kita usir," tegas anggota Komisi III DPR Indra, di gedung DPR, Jumat (11/4).

Diketahui, PLTP Sarulla didanai partisipasi swasta yang dipimpin PT Medco Power Indonesia dengan konsorsium perusahaan multinasional Itochu, Kyushu, dan Ormat.
Pendanaan tersebut terdiri dari equity sebesar 20 persen dan pinjaman lunak dari Japan Bank for International Corporation (JIBC) sebesar 80 persen, melalui skema Independent Power Producer (IPP).

Saat ini, pengerjaan PLTP Sarulla telah memasuki tahap kedua. Ini ditandai dengan penyerahan Persetujuan Amandemen (Energy Sale Contract) (ESC) atau Joint Operation Contract (JOC) PLTP Sarulla dengan kapasitas 3x110 Mega Watt (Mw) kepada PT PLN (Persero) dan Pertamina Geothermal Energy (PGE). "Akhirnya bulan April ini kita selesaikan, sekarang tinggal realisasi proyeknya," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jero Wacik,  Jakarta, Kamis (11/4/2013).

PLTP Sarulla adalah pembangkit listrik yang terbesar di dalam program Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 MW Tahap II, di mana hampir 50 persen-nya (4952 MW) berasal dari panas bumi. Bahkan di dunia, PLTP Sarulla adalah termasuk dalam geothermal yang terbesar di dalam single-contract (the world’s largest single-contract geothermal power plant) dan akan sangat mempercepat pencapaian sasaran elektrifikasi di Indonesia.

Proyek yang sempat dihentikan di tahun 1997 karena krisis ini kemudian mulai berjalan lagi sejak tahun 2003, namun sering mengalami “bottleneck”. Proses “debottlenecking” PLTP Sarulla ini dikawal langsung oleh Wakil Presiden Boediono lewat Rapat Koordinasi tentang Kelistrikan yang dilakukan berkala.

"Saya mengapresiasi semua menteri yang aktif mendobrak dan mengurai benang kusut proyek PLTP Sarulla ini," kata Boediono di acara Penyerahan Persetujuan Amandemen Energy Sale Contract & Joint Operation Contract PLTP Sarulla, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis (11/4/2013).

Menurut Boediono, dengan selesainya proyek pengerjaan PLTP Sarulla yang ditargetkan pada 2016, maka bisa menghemat Rp 4 triliun per tahun. "PLTP Sarulla ini bisa menghemat subsidi listrik Rp 4 triliun per tahun dan bisa mengurangi emisi CO2 sebanyak 1 juta ton," tandasnya.

Proyek PLTP Sarulla 330 MW berlokasi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panasbumi Sarulla milik PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), di Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumut.




SUMBER
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment