Misteri Sinyal di Bukit Tangiang

Mengeluh, menggerutu, bahkan mencaci, dan berusaha mencari tahu kenapa jaringan komunikasi ke Habinsaran, Borbor, dan Nassau (Habornas) terputus dalam pekan terakhir. Sinyal Telkomsel ketiga kecamatan itu memang tiba-tiba lenyap sejak akhir Agustus. Berhari-hari lamanya. Apa yang terjadi sebenarnya?

Dunia maya terutama facebook menjadi tempat curhat masyarakat Habornas di tanah rantau. Semua saling bertanya, ada apa gerangan jaringan seluler ke kampung? Semua sudah tentu penasaran, lalu menduga-duga apa yang sedang terjadi. Semua kompak mencari tahu. “Gabe so boi iba puang martelepon tu hallet di huta,” keluh seorang warga Parsoburan di Jakarta. “Ai naboa do Telkomsel on, naung digais do sinyal i tu luar negeri?” timpal warga lain berusaha bercanda.

Facebooker lain menyelutuk, “Nadisegai do inna tower ni Telkomsel na di Ombur i.” Lalu ditimpali kawannya yang lain, “Sudah saatnya pemerintah setempat menindaklanjuti karena ini untuk kepentingan bersama, bukan perorangan.” Masih banyak komentar lain yang bernada serupa. Semuanya merasa dirugikan dan berharap kembali normal secepatnya.

Begitulah situasinya, masyarakat Habornas di perantauan, terpaksa harus puasa bicara dengan sanak saudara di kampung halaman. Kalau mau, keluarga di kampung mesti keluar dari Parsoburan menuju Matio, di sekitar Bukit Tangiang. Di sana, sinyal beroperasi normal, tanpa kendala. “Halo, ai di Matio do nuaeng au, benna boi ho hutelepon,” kata seorang kawan, sedikit mengeluh.

GABE lalu mencoba menghubungi operator Telkomsel lewat Call Center dan media sosial twitter @Telkomsel. Anehnya, Telkomsel seperti tidak tahu apa-apa karena selalu menanyakan hal-hal yang kurang masuk akal alias tidak nyambung.

Contoh, Telkomsel bertanya lokasi detail gangguan sinyal. GABE pun memberikan alamat lengkap dan beberapa nomor telepon yang kena gangguan. Tunggu punya tunggu, Telkomsel lalu bertanya kembali, “Mohon dikirimkan jenis handphone, IMEI, dan PIN.” Permintaan ini jelas tidak masuk akal karena sejak awal sudah diterangkan tower BTS di Bukit Tangiang-lah yang bermasalah.

Namun, lagi-lagi Telkomsel mengirimkan permintaan serupa. Operator Telkomsel selalu meminta jenis HP yang dipakai, apakah berlangganan paket BB atau tidak, dan lain-lain yang bersifat data teknis. Bila disimpulkan, operator Telkomsel tidak bisa mengerti persoalan yang sangat mudah.

Terlepas dari kelemahan Telkomsel menanggapi keluhan pelanggannya, ternyata ada cerita lain di balik menghilangnya sinyal ke Habornas. Konon, persoalan sesungguhnya adalah Telkomsel belum membayar sewa lahan Tower BTS kepada pemilik lahan di Bukit Tangiang. Kesal tidak dibayar sejak enam tahun silam, pemilik lahan tersebut lalu memutus sumber tenaga BTS. “Ini hanya semudah menyalakan atau mematikan meteran listrik, tinggal klik, sinyal ke Habornas langsung menyala kembali,” ujar sumber GABE.

Dari penelusuran GABE, pihak Telkomsel sebenarnya sudah membayarkan sewa. Hanya saja, Telkomsel membayar ke pihak yang bukan pemilik lahan. Dengan kata lain, Telkomsel bisa dianggap lalai, atau memang murni tertipu. Timbul pertanyaan, apakah mungkin perusahaan sebesar Telkomsel bisa menunggak selama enam tahun? Atau, masuk akalkah Telkomsel membangun BTS di lahan yang status kepemilikannya masih bermasalah? Lalu, kepada siapakah Telkomsel membayarkan sewa lahan itu? “Orang kuat di Tobasa,” bisik sumber lain.

Anggota DPRD Tobasa Pendeta Gumontang Pasaribu saat dihubungi GABE, Jumat (6/9/2013) mengatakan, dirinya sudah menyampaikan hal tersebut pihak Dinas Kominfo Tobasa dan Telkomsel di Balige. Politisi Hanura asal Borbor ini juga mengiyakan persoalan sesungguhnya adalah kepemilikan lahan BTS. “Sudah saya laporkan ke Pemda dan Telkomsel di Tobasa. Kata mereka, ini masalah kepemilikan lahan,” katanya.

Sayangnya, Gumontang belum mengetahui secara detail persoalannya. Namun ia juga berjanji akan terus menindaklanjuti kasus tersebut. Menurut Gumontang, pihaknya juga siap dan akan maju terus walaupun kasus itu ternyata melibatkan pihak-pihak tertentu. “Tidak ada alasan untuk takut. Karena ini menyangkut kebutuhan masyarakat luas,” cetus dia.

Dia pun mengapresiasi pernyataan sikap yang telah dilayangkan masyarakat Habornas yang telah disebarkan ke pihak-pihak terkait. Menurut dia, langkah itu sangat tepat agar Pemda dan Telkomsel bisa segera menyelesaikan persoalan. “Kalau masih ada dukungan yang lain seperti dari anak rantau, kami sangat mendukung,” papar Gumontang.

Ia juga sudah mengingatkan pihak Pemda dan Telkomsel agar segera bertindak cepat. Kalau tidak, imbau Gumontang, masyarakat Habornas bisa jadi akan melakukan unjuk rasa. “Saya sudah mengingatkan mereka, jangan sampai nanti masyarakat berunjuk rasa karena ini,” tukas dia.

Sementara itu, Kabag Humas Tobasa Lukman Siagian belum bisa berkomentar banyak. Padahal, masalah tersebut sudah terjadi sejak 29 Agustus 2013 dan telah menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Bahkan, sudah sampai ke anggota Komisi I DPR Ramadhan Pohan di Jakarta. Namun, ia mengatakan, hal tersebut harus lebih dulu dikonfirmasi ke lokasi. “Nanti ya, saya konfirmasi dulu ke lapangan,” jawab dia ketika dihubungi GABE, Jumat (6/9/2013).

Untuk saat ini, menghilangnya sinyal di Habornas masih tetap menjadi misteri. Belum ada jawaban pasti. Apalagi, pihak Telkomsel dan Pemkab Tobasa belum mengeluarkan pernyataan apapun. Haruskah kita bertanya kepada rumput yang bergoyang?
Share on Google Plus
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment