Pengamat ekonomi dan politik kelahiran Taput
Ir Sanggam Hutapea MM mengatakan, ada dua poin penting jika berbicara
sektor kesehatan. Yaitu, kualitas pelayanan kesehatan, dan
keterjangkauan (aksesibilitas) rakyat terhadap layanan kesehatan
tersebut.
“Berbicara tentang kualitas, kita berbicara setidaknya dua faktor
yang perlu mendapat perhatian. Pertama, sarana dan prasarana kesehatan.
Kedua, tenaga kesehatan termasuk dokter dan para medis seperti bidan
atau perawat,” kata Sanggam kepada METRO, Kamis (20/12).
Diutarakannya, di Kabupaten Taput, puskesmas sesungguhnya sudah ada
di seluruh kecamatan. Bahkan ada enam kecamatan, puskesmasnya memilik
fasilitas rawat inap dengan dua sampai lima tempat tidur. Seperti di
Pahae, Pangaribuan, Garoga, Sipahutar, Siborongborong, Pagaran. Lalu ada
sekitar 60 puskesmas pembantu yang menyebar hampir di seluruh
kecamatan. Taput juga memilik RSU Swadana Tarutung.
“Pertanyaannya adalah bagaimana kualitas layanan kesehatannya.
Bagaimana alat-alat kesehatan tersedia di puskesmas tersebut. Ini yang
perlu dievaluasi. Contoh, di tempat lain selalu tersedia fasilitas
tertentu di puskesmas seperti satu atau dua mobil ambulans. Kalau ada
pasien yang dirujuk ke pelayanan yang lebih tinggi harus ada ambulans
yang mengantarnya.
Kedua, bagaimana ketersediaan dokter di puskesmas tersebut,” ujar pria murah senyum lulusan S1 dari IPB ini.
Di Taput, kata Sanggam, setidaknya ada hampir 40 dokter umum yang
menyebar di puskesmas. Tetapi Taput masih kekurangan dokter-dokter
spesialis. Bahkan, di RSU Swadana Tarutung pun dokter spesialis bisa
dihutung dengan jari. Dokter spesialis yang ada yakni, dokter penyakit
dalam (internis) dan kandungan, itupun dalam jumlah yang sangat
terbatas.
“Karena kekurangan tenaga spesialis di Taput, masyarakat sering
berobat keluar daerah seperti Siantar. Sangat sulit jika hanya dua
dokter spesialis kandungan untuk melayani seluruh Taput. Di Taput tidak
ada dokter spesialis anak.
Yang kita inginkan bagaimana kualitas pelayanan kesehatan
ditingkatkan. Salah satunya bagaimana menyediakan dokter spesialis yang
dibutuhkan masyarakat,” tutur pria lulusan S2 UGM Jogjakarta, ini.
Sanggam melanjutkan, masyarakat Taput sudah butuh tambahan dokter
internis terutama spesialis yang terkait dengan penyakit jantung,
hipertensi dan pembuluh darah.
Karena pola makan, warga masyarakat di Taput sangat rentan dengan
penyakit ini. Selain itu, fasilitas pendukung seperti laboratorium juga
sangat dibutuhkan.
“Dokter-dokter spesialis ini juga bukan harus di RSU Swadana Tarutung
tapi dia juga harus melayani beberapa puskesmas. Saya mencontohkan
seperti subregional. Subregional Siborongborong dan sekitarnya harus ada
satu atau dua dokter spesialis anak.
Kemudian di daerah Pahae. Sehingga dengan demikian layanan kesehatan
semakin baik,” sebut pria yang memperistirkan Tiurlan ME br Samosir,
ini.
Sanggam mengungkapkan, masyarakat Taput banyak yang berobat ke luar
daerah. Hal ini dikarenakan RSU Swadana Tarutung tidak mampu melayani
seperti yang diharapkan masyarakat. Dan, ini juga terkait dengan
minimnya alat atau fasilitas kesehatan di RSU tersebut termasuk juga
ketiadaan atau minimnya dokter spesialis. Kondisi ini perlu mendapat
perhatian khusus. Pengelolaan RSU Swadana Tarutung perlu dikaji ulang.
“RSU ini dikelola oleh kabupaten dengan embel-embel swadana. Secara
sederhana pengelolaan dana di RS ini berada di tangan Pemerintah
Kabupaten di daerah dengan kondisi ekonomi yang belum begitu bagus,
status swadana tidak cocok. Makanya perlu dikaji ulang, apakah lebih
bagus RSU tersebut dikelola oleh kabupaten atau diserahkan kepada
pemerintah provinsi,” beber ayah dari satu anak ini.
“Jika pemerintah provinsi bisa mengelola rumah sakit ini lebih baik dari pemerintah kabupaten, maka serahkan saja RSU Swadana Tarutung ke provinsi. Karena sudah lebih dari lima tahun, rumah sakit ini berstatus swadana, tapi kualitas pelayanan di RSU ini tidak membaik. Makanya status seperti sekarang, perlu dikaji ulang. Jangan karena kepentingan pihak tertentu, status swadana ini terus dipertahankan,” lanjutnya.
Ayah dari Joshua Graciano Marsahala, ini menyebutkan, terkait masalah
kesejahteraan khususnya dokter spesialis, juga harus diperbaiki. Agar
memiliki dokter spesialis mencukupi, pemkab juga bisa ‘membajak’ dokter
spesialis dari daerah lain.
“Kita contohkan di bank, tenaga ahli bisa dibajak dari bank lain.
Jadi, pemkab juga bisa membajak dokter spesialis dari kabupaten atau
daerah lain untuk menutupi kekurangan dokter spesialis. Asalkan saja
kesejahteraan dan fasilitas yang diberikan lebih baik. Karena dokter
spesialis itu merupakan pelayan publik, wajar kita berikan fasilitas
tertentu,” tukasnya sembari menambahkan, minimalnya ada dua dokter
spesialis di setiap subregional.
Kemudian, sambung Sanggam, pemkab juga bisa bekerja sama dengan
kabupaten lain seperti Humbahas dan Tobasa untuk mendatangkan dokter
spesialis. “Cara kerja samanya yakni, hadirkan dokter spesialis sperti
dokter spesialis anak secara bergilir. Misalnya, dua hari di Taput, dua
hari di Tobasa, dan dua hari di Humbahas. Biayanya bisa ditanggulangi
bersama,” tandasnya.
Sanggam juga menyoroti bagaimana mendayagunakan dengan baik seperti
posyandu, tenaga kesehatan atau bidan. Terutama untuk daerah terpencil.
Di sini, pemkab diminta untuk memberikan insentif khusus ke tenaga
kesehatan daerah terpencil itu.
“Bidan desa harus diberi perhatian. Bidan desa bukan melayani wanita
yang saat akan melahirkan saja, tapi dia harus melakukan sosialisasi
terhadap kesehatan ibu dan anak. Inilah sebagian besar gambaran masalah
di bidang kesehatan di Taput. Pengelolaan atau peningkatan layanan
kesehatan sangat lambat,” katanya.
Hal terpenting lain, bagaimana meningkatkan akses masyarakat kepada
layanan kesehatan. Ini harus lebih khusus kepada masyarakat golongan
bawah. “Kita punya jamkesmas dan jamkesda. Jamkesmas dan jamkesda ini
harus disosialisasikan kepada masyarakat. Supaya rakyat kalangan bawah
tahu fasilitas tersebut. Artinya harus diberitahukan ada fasilitas ini sehingga mereka tahu
hak-haknya. Sekarang di Taput kita perluas dulu jamkesmas dan jamkesda
dan prioritaskan golongan bawah bisa menikmatinya,” pungkasnya.
Source, Metro Siantar
0 komentar:
Post a Comment