MAJALAH GABE - Sunari Asih, 47, kepala Pos PAUD Ceria di Jalan Ki Ageng Gribig, Kecamatan Kedungkandang, ini tetap setia mengajar anak-anak usia dini (0–5 tahun). Dia dan tiga guru lainnya dengan semangat setiap kali mengajar. Meski gaji yang diterima para guru tersebut tergolong minim. Itu tak memengaruhi semangat mereka dalam mengajar.
Menurut dia, Pos PAUD yang berada di bawah binaan PKK Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, ini dananya sangat terbatas. Setiap bulan, ada dua guru di PAUD itu yang mendapatkan insentif dari Pemerintah Kota Malang yang nilainya Rp 450 ribu. Namun, insentif tersebut dibagi kepada lima guru PAUD yang ada di Pos PAUD itu. Jadi, masing-masing guru mendapatkan sekitar Rp 90 ribu.
”Kami bagi rata kepada semua guru sesuai keaktifan mengajar. Tetapi kadang uang insentif itu tidak untuk gaji, namun untuk kebutuhan lainnya, seperti membeli alat tulis perlengkapan belajar dan penunjang lainnya. Nah, jika sudah seperti itu, berarti guru-guru tidak ada gaji pada bulan itu,” jelas dia seperti dilansir radarmalang.com, Selasa (30/8/2016).
Selain dari insentif, sumber dana PAUD yang dia pimpin ini berasal dari iuran wali murid yang besarnya Rp 30 ribu per bulan. Di PAUD tersebut, ada 30 siswa. Sehingga jika semua orang tua murid membayar dalam sebulan, lembaga PAUD itu mendapatkan dana Rp 900 ribu.
Namun, uang tersebut dialokasikan untuk menyewa gedung yang tiap tahunnya mencapai Rp 5 juta, kemudian sebagian dana itu digunakan untuk operasional lembaga. Meski kadang tidak dapat gaji, dia dan para guru lainnya tetap mau mengabdi. ”Bahkan, saya di sini hingga sembilan tahun,” kata dia dengan bangga.
Kondisi yang hampir sama juga dialami sejumlah guru PAUD Arema di Jalan Nakula Nomor 11, Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing. Di sana ada 4 guru yang dalam sebulan hanya digaji Rp 150 ribu. Mereka baru dibayar sejak 2012 lalu, karena ada sponsor dari manajemen tim Arema Cronus.
Sebelum mendapat sponsor dari Arema, para guru di PAUD tersebut juga sering tidak gajian. Namun, mereka tetap bersemangat mengajar murid-muridnya. ”Karena semangat kami memang untuk mengabdi,” kata Titin Suhartini, salah satu pendiri PAUD Arema.
Meski demikian, ada juga PAUD yang dikelola yayasan dan memberikan gaji yang pantas kepada para gurunya. Seperti di PAUD Selaras Cita Sawojajar yang mampu menggaji gurunya hingga Rp 1,5 juta per bulan. Jumlah tersebut untuk guru yang sudah bekerja di atas 10 tahun. Sedangkan untuk guru yang baru digaji Rp 450 ribu per bulan.
Kepala PAUD Selaras Cita, Hariani, 48, mengatakan, gaji bukanlah segala-galanya. ”Sebab, sejak dulu saya memang suka dengan anak-anak,” ungkap perempuan yang sudah mengajar sejak 1999 silam di PAUD tersebut.
Dia mengaku bersyukur, di PAUD lain masih banyak gurunya yang hanya digaji sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu per bulan. Gaji mereka hanya berasal dari iuran para wali murid.
Hariani mengatakan, mengajar anak- anak merupakan kesempatan untuk mencetak generasi masa depan. Sebab, anak usia PAUD, merupakan usia emas dalam pembentukan karakter. Usia 0 hingga 5 tahun adalah usia yang mana mereka bisa belajar karakter seperti moral, agama, sosial, emosional, pengembangan berkomunikasi, menerima bahasa, serta kemampuan intelektual siswa dalam berpikir. Soal gaji, lanjut dia, selama ini pemerintah baru memberikan tunjangan yang diberikan khusus bagi guru yang sudah tersertifikasi.
Namun, selama ini yang sudah ada program sertifikasi baru guru TK (taman kanak-kanak) saja. Sedangkan untuk guru PAUD belum ada. Untuk insentif dari pemerintah daerah bagi guru PAUD memang sudah ada meski nilainya tidak terlalu besar. SUMBER
Menurut dia, Pos PAUD yang berada di bawah binaan PKK Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, ini dananya sangat terbatas. Setiap bulan, ada dua guru di PAUD itu yang mendapatkan insentif dari Pemerintah Kota Malang yang nilainya Rp 450 ribu. Namun, insentif tersebut dibagi kepada lima guru PAUD yang ada di Pos PAUD itu. Jadi, masing-masing guru mendapatkan sekitar Rp 90 ribu.
”Kami bagi rata kepada semua guru sesuai keaktifan mengajar. Tetapi kadang uang insentif itu tidak untuk gaji, namun untuk kebutuhan lainnya, seperti membeli alat tulis perlengkapan belajar dan penunjang lainnya. Nah, jika sudah seperti itu, berarti guru-guru tidak ada gaji pada bulan itu,” jelas dia seperti dilansir radarmalang.com, Selasa (30/8/2016).
Selain dari insentif, sumber dana PAUD yang dia pimpin ini berasal dari iuran wali murid yang besarnya Rp 30 ribu per bulan. Di PAUD tersebut, ada 30 siswa. Sehingga jika semua orang tua murid membayar dalam sebulan, lembaga PAUD itu mendapatkan dana Rp 900 ribu.
Namun, uang tersebut dialokasikan untuk menyewa gedung yang tiap tahunnya mencapai Rp 5 juta, kemudian sebagian dana itu digunakan untuk operasional lembaga. Meski kadang tidak dapat gaji, dia dan para guru lainnya tetap mau mengabdi. ”Bahkan, saya di sini hingga sembilan tahun,” kata dia dengan bangga.
Kondisi yang hampir sama juga dialami sejumlah guru PAUD Arema di Jalan Nakula Nomor 11, Kelurahan Polehan, Kecamatan Blimbing. Di sana ada 4 guru yang dalam sebulan hanya digaji Rp 150 ribu. Mereka baru dibayar sejak 2012 lalu, karena ada sponsor dari manajemen tim Arema Cronus.
Sebelum mendapat sponsor dari Arema, para guru di PAUD tersebut juga sering tidak gajian. Namun, mereka tetap bersemangat mengajar murid-muridnya. ”Karena semangat kami memang untuk mengabdi,” kata Titin Suhartini, salah satu pendiri PAUD Arema.
Meski demikian, ada juga PAUD yang dikelola yayasan dan memberikan gaji yang pantas kepada para gurunya. Seperti di PAUD Selaras Cita Sawojajar yang mampu menggaji gurunya hingga Rp 1,5 juta per bulan. Jumlah tersebut untuk guru yang sudah bekerja di atas 10 tahun. Sedangkan untuk guru yang baru digaji Rp 450 ribu per bulan.
Kepala PAUD Selaras Cita, Hariani, 48, mengatakan, gaji bukanlah segala-galanya. ”Sebab, sejak dulu saya memang suka dengan anak-anak,” ungkap perempuan yang sudah mengajar sejak 1999 silam di PAUD tersebut.
Dia mengaku bersyukur, di PAUD lain masih banyak gurunya yang hanya digaji sekitar Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu per bulan. Gaji mereka hanya berasal dari iuran para wali murid.
Hariani mengatakan, mengajar anak- anak merupakan kesempatan untuk mencetak generasi masa depan. Sebab, anak usia PAUD, merupakan usia emas dalam pembentukan karakter. Usia 0 hingga 5 tahun adalah usia yang mana mereka bisa belajar karakter seperti moral, agama, sosial, emosional, pengembangan berkomunikasi, menerima bahasa, serta kemampuan intelektual siswa dalam berpikir. Soal gaji, lanjut dia, selama ini pemerintah baru memberikan tunjangan yang diberikan khusus bagi guru yang sudah tersertifikasi.
Namun, selama ini yang sudah ada program sertifikasi baru guru TK (taman kanak-kanak) saja. Sedangkan untuk guru PAUD belum ada. Untuk insentif dari pemerintah daerah bagi guru PAUD memang sudah ada meski nilainya tidak terlalu besar. SUMBER
0 komentar:
Post a Comment