TABLOID GABE - Kabupaten Tobasa, Provinsi Sumut termasuk salah satu daerah yang juga ikut dalam gerbong pilkada serentak 9 Desember 2015 nanti. Namun, sebagai daerah yang berpenduduk mayoritas Batak, kabupaten ini mempunyai keunikan tersendiri. Itu karena masyarakat Batak masih sangat kental dalam hal hubungan kekerabatan marga. Nah, dalam Pilkada kali ini, marga Sitorus kembali menyedot perhatian. Sebab, tiga pasangan yang telah resmi mendaftarkan diri sebagai calon peserta pilkada, terdapat dua Sitorus yang mencalonkan diri sebagai bupati, ditambah satu Sitorus yang bertandem sebagai calon wakil bupati.
Mereka adalah Poltak Sitorus yang berpasangan dengan Robinson Tampubolon. Pasangan ini didukung koalisi gemuk yakni Demokrat (8 kursi), PKB (1 kursi), dan Gerindra (4 kursi). Pasangan selanjutnya adalah Monang Sitorus menggandeng Sagita Hutahaean, yang maju lewat jalur perseorangan alias tanpa kendaraan partai politik. Terakhir adalah pasangan Darwin Siagian-Hulman Sitorus, yang memilih kendaraan politik PDIP (2 kursi), NasDem (4 kursi), dan Hanura (4 kursi). Sedangkan PKPI (3 kursi) dan Golkar (4 kursi) hingga kini belum jelas siapa pasangan calon yang diusung.
Terlepas dari polemik politik yang mewarnai pencalonan ketiga pasangan tersebut, fenomena hadirnya tiga Sitorus di Pilkada Tobasa merupakan catatan yang menarik dicermati. Terlebih lagi karena masyarakat Tobasa memang dihuni mayoritas marga Sitorus bersama dengan tiga saudara semarga yakni Manurung, Butar-Butar, dan Sirait. Itu berarti kans mendulang suara otomatis akan terpecah di tiga pasangan. Menarik juga dicermati ketika pada Pilkada 2010 silam, dua kandidat Sitorus juga maju bersamaan. Hasilnya, keduanya kalah hingga melenggangkan Kasmin Simanjuntak sebagai bupati. Pertanyaannya, apakah peristiwa 2010 itu akan kembali terjadi sehingga memuluskan Darwin Siagian sebagai jawara di Pilkada kali ini?
Agak sulit menerka-nerka untuk saat ini. Apalagi jika dikaitkan dengan kepada siapa dukungan DL Sitorus diberikan. Sebagai pengusaha sukses dan punya nama di Tobasa, restu DL Sitorus merupakan jimat sakti yang sangat penting direbut. Sejauh ini, DL Sitorus dikabarkan telah merestui pencalonan Poltak Sitorus. Akan tetapi, sekali lagi, restu dari sang maestro belum cukup. Toh, pada Pilkada 2010, DL Sitorus juga memberikan restunya kepada salah satu Sitorus. Pilkada Tobasa kian seru karena nihilnya calon petahana (incumbent) yang maju. Kasmin Simanjuntak harus merelakan satu kursi periodenya karena terganjal persoalan hukum.
Begitupun dengan wakilnya, Liberty Pasaribu yang tidak mendapat restu dari Demokrat, partai yang menaunginya selama ini. Dengan kata lain, “manuver” aparat PNS menjadi lebih leluasa. Sebagai abdi negara yang memiliki hak memilih, kehadiran PNS memang cukup diperhitungkan dalam soal mendulang suara. Kini, dengan ketiadaan calon petahana, mereka tentu saja tidak akan mendapat “himbauan” dari atasan untuk memilih calon tertentu.
Segalanya masih mungkin terjadi dalam rentang waktu lima bulan ke depan. Tensi politik yang terjadi saat ini diprediksi akan mencapai puncaknya pada November nanti. Namun satu hal yang pasti, Sitorus akan merebut tahta kekuasaan di Tobasa dalam lima tahun ke depan. Baik sebagai orang nomor satu maupun sebagai orang nomor dua. IP/GABE
Mereka adalah Poltak Sitorus yang berpasangan dengan Robinson Tampubolon. Pasangan ini didukung koalisi gemuk yakni Demokrat (8 kursi), PKB (1 kursi), dan Gerindra (4 kursi). Pasangan selanjutnya adalah Monang Sitorus menggandeng Sagita Hutahaean, yang maju lewat jalur perseorangan alias tanpa kendaraan partai politik. Terakhir adalah pasangan Darwin Siagian-Hulman Sitorus, yang memilih kendaraan politik PDIP (2 kursi), NasDem (4 kursi), dan Hanura (4 kursi). Sedangkan PKPI (3 kursi) dan Golkar (4 kursi) hingga kini belum jelas siapa pasangan calon yang diusung.
Terlepas dari polemik politik yang mewarnai pencalonan ketiga pasangan tersebut, fenomena hadirnya tiga Sitorus di Pilkada Tobasa merupakan catatan yang menarik dicermati. Terlebih lagi karena masyarakat Tobasa memang dihuni mayoritas marga Sitorus bersama dengan tiga saudara semarga yakni Manurung, Butar-Butar, dan Sirait. Itu berarti kans mendulang suara otomatis akan terpecah di tiga pasangan. Menarik juga dicermati ketika pada Pilkada 2010 silam, dua kandidat Sitorus juga maju bersamaan. Hasilnya, keduanya kalah hingga melenggangkan Kasmin Simanjuntak sebagai bupati. Pertanyaannya, apakah peristiwa 2010 itu akan kembali terjadi sehingga memuluskan Darwin Siagian sebagai jawara di Pilkada kali ini?
Agak sulit menerka-nerka untuk saat ini. Apalagi jika dikaitkan dengan kepada siapa dukungan DL Sitorus diberikan. Sebagai pengusaha sukses dan punya nama di Tobasa, restu DL Sitorus merupakan jimat sakti yang sangat penting direbut. Sejauh ini, DL Sitorus dikabarkan telah merestui pencalonan Poltak Sitorus. Akan tetapi, sekali lagi, restu dari sang maestro belum cukup. Toh, pada Pilkada 2010, DL Sitorus juga memberikan restunya kepada salah satu Sitorus. Pilkada Tobasa kian seru karena nihilnya calon petahana (incumbent) yang maju. Kasmin Simanjuntak harus merelakan satu kursi periodenya karena terganjal persoalan hukum.
Begitupun dengan wakilnya, Liberty Pasaribu yang tidak mendapat restu dari Demokrat, partai yang menaunginya selama ini. Dengan kata lain, “manuver” aparat PNS menjadi lebih leluasa. Sebagai abdi negara yang memiliki hak memilih, kehadiran PNS memang cukup diperhitungkan dalam soal mendulang suara. Kini, dengan ketiadaan calon petahana, mereka tentu saja tidak akan mendapat “himbauan” dari atasan untuk memilih calon tertentu.
Segalanya masih mungkin terjadi dalam rentang waktu lima bulan ke depan. Tensi politik yang terjadi saat ini diprediksi akan mencapai puncaknya pada November nanti. Namun satu hal yang pasti, Sitorus akan merebut tahta kekuasaan di Tobasa dalam lima tahun ke depan. Baik sebagai orang nomor satu maupun sebagai orang nomor dua. IP/GABE
0 komentar:
Post a Comment