TABLOID GABE - Berapa jumlah orang Batak di muka bumi ini? Pertanyaan tersebut kerap menjadi bahan perdebatan di kalangan masyarakat Batak. Berbagai macam analisa dan referensi muncul. Ada yang menyebut jumlahnya sudah lebih dari 10 juta, dengan asumsi persebaran orang Batak yang sudah ke manca Negara. Namun, ada juga yang tidak menyebutkan angka pasti, tetapi hanya membandingkannya dengan etnis lain seperti Tionghoa, yang jumlahnya dinilai hampir sama dengan Batak.
Ephorus (Emeritus) HKBP Bonar Napitupulu pada 2006 silam, pernah menyebut jumlah jemaat HKBP berada di kisaran 6 juta jiwa. Jumlah 6 juta itu terdiri dari 1 juta KK, dengan asumsi satu KK memiliki 4 orang anak. Sedangkan sensus penduduk Badan Pusat Statistik 2010 menyebutkan, jumlah orang Batak ternyata sudah mencapai 8.466.969 jiwa. Melonjak dari 6.076.440 pada sensus BPS tahun 2000. Adapun konsentrasi orang Batak di luar Sumut, terdapat tiga provinsi yakni Riau, Jawa Barat, dan Banten.
Diketahui, berdasarkan Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 1960 dan No 7 Tahun 1960, sensus penduduk dilaksanakan setiap sepuluh tahun. Dalam pelaksanaannya, sensus penduduk menggunakan dua tahap, yaitu pencacahan lengkap dan pencacahan sampel.informasi yang lebih lengkap dikumpulkan dalam pencacahan sampel. Itu artinya, sensus penduduk berikutnya akan digelar pada 2020 nanti.
Data yang dirilis HKBP dan BPS agaknya tidak jauh berbeda. Angka 6 juta jiwa pada 2006 dan 8,5 juta jiwa pada 2010 hanya selisih 2,5 juta jiwa. Dengan demikian, tambahan 2,5 juta jiwa tersebut berasal dari kelompok Batak di luar HKBP, seperti GKPI, HKI, Katolik, maupun Islam. Kelompok tambahan ini diasumsikan sebesar 10% dari total keseluruhan orang Batak. Akan tetapi, melonjaknya jumlah orang Batak ini juga mengundang pertanyaan. Apakah betul sensus BPS 2010 itu dilakukan secara hati-hati dan objektif? Pertanyaan ini diungkapkan karena persentase pertumbuhan orang Batak dirasakan sangat janggal. Persentasenya melampaui rata-rata pertumbuhan provinsi, bahkan nasional.
“Jika merujuk kepada hasil volkstelling 1930, maka kita akan tercengang melihat begitu pesatnya pertumbuhan etnis Batak di Indonesia. Dari sensus tersebut, dinyatakan bahwa jumlah orang Batak di Indonesia hanyalah sebesar 1.238.280 jiwa atau sekitar 2,04%. Namun pada sensus 2010, jumlah mereka telah mencapai 8.466.969 jiwa atau 3,58% dari seluruh populasi Indonesia. Jika kita melihat perubahan persentase yang begitu besarnya, mungkin logika kita akan bertanya-tanya, darimana angka 3,58% tersebut didapat. Adakah baby booming terjadi pada masyarakat Batak, sehingga pertumbuhan mereka jauh di atas rata-rata nasional. Kalau benar iya, pada periode kapan terjadi baby booming tersebut, dan apa yang melatar belakanginya?” demikian analisa Afandri Adya yang dipublikasinnya lewat www.afandriadya.com miliknya.
Menurut Afandri yang rajin menulis analisa sosial budaya ini, jika berkaca pada hasil sensus 1930, maka semestinya persentase suku-suku bangsa di Indonesia di tahun 2010 tidaklah terlampau jauh. Karena selama rentang waktu tersebut, tidak pernah ada satupun suku bangsa di Indonesia yang mengalami lonjakan ataupun penurunan cukup berarti. Berbeda dengan sensus tahun 2000 dan 2010 yang menggunakan metodologi subyektif, volkstelling 1930 justru dilakukan secara obyektif.
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda, tidak mendasarkan pengakuan seseorang yang seringkali memiliki tendensi dalam menentukan etnis mereka, namun berdasarkan kajian antropologi, sejarah, dan etnografi yang banyak dipelajari oleh pakar-pakar Eropa ketika itu. Sehingga berdasarkan obyektifitas tersebut, diperoleh komposisi etnis di Indonesia sebagai berikut : Jawa (47,02%), Sunda (14,53%), Madura (7,28%), Minangkabau (3,36%), Bugis (2,59%), Batak (2,04%), Bali (1,88%), Betawi (1,66%), Melayu (1,61%), Banjar (1,52%), Aceh (1,41%), dan Palembang (1,30%).
Menarik untuk didiskusikan, bukan?
Cek Juga
ReplyDeletehttp://bit.ly/1Mb8yeM
http://bit.ly/1KfGX9C