Netralitas lembaga agama khususnya Protestan dalam ajang Pilpres 9 Juli 2014 dinodai Persekutuan Gereja Gereja Pentakosta Indonesia (PGPI). Itu karena PGPI terang-terangan mengeluarkan surat edaran kepada seluruh jemaatnya untuk mendukung pasangan presiden dan wakil presiden Prabowo-Hatta.
Padahal, sebagai lembaga gereja, PGPI seharusnya tidak diperkenankan memasuki wilayah politik praktis. Dalam surat tertanggal 2 Mei 2014 itu disebutkan, Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGPI menyerukan agar seluruh jemaatnya mendukung Prabowo-Hatta karena empat alasan. Salah satunya, karena dianggap memiliki komitmen dan kepedulian yang kuat terhadap geraja. PGPI mengklaim, gereja tidak boleh bersikap masa bodoh dimana gereja Tuhan tempatkan.
Surat yang telah beredar di dunia maya itu pun langsung saja menuai reaksi negatif. Di jejaring sosial facebook, surat itu dipublikasikan oleh pengguna facebook Victor Silaen, seorang akademisi dan pejuang keberagaman. Alhasil, surat PGPI itu pun menuai kecaman dari pengguna facebook lainnya. Walah, kok gereja bisa terjebak politik praktis? IP/GABE
Padahal, sebagai lembaga gereja, PGPI seharusnya tidak diperkenankan memasuki wilayah politik praktis. Dalam surat tertanggal 2 Mei 2014 itu disebutkan, Ketua Umum dan Sekretaris Umum PGPI menyerukan agar seluruh jemaatnya mendukung Prabowo-Hatta karena empat alasan. Salah satunya, karena dianggap memiliki komitmen dan kepedulian yang kuat terhadap geraja. PGPI mengklaim, gereja tidak boleh bersikap masa bodoh dimana gereja Tuhan tempatkan.
Surat yang telah beredar di dunia maya itu pun langsung saja menuai reaksi negatif. Di jejaring sosial facebook, surat itu dipublikasikan oleh pengguna facebook Victor Silaen, seorang akademisi dan pejuang keberagaman. Alhasil, surat PGPI itu pun menuai kecaman dari pengguna facebook lainnya. Walah, kok gereja bisa terjebak politik praktis? IP/GABE
0 komentar:
Post a Comment